Home » , » Jaga Lidah, Hati – Hati Berbicara

Jaga Lidah, Hati – Hati Berbicara

Written By RUMAH SEHAT IBNU MALKAN melayani terapi lebah, lintah, gurah, ruqyah, bekam hijamah, bio listrik, akupunktur, akupresure, diagnosa, pelatihan online on Kamis, 04 Desember 2014 | 01.23

Jaga Lidah, Hati – Hati Berbicara

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (QS Qoof : 18)

“ Barangsiapa beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata yang baik atau ia diam". (HR.Bukhori Muslim)

Pepatah mengatakan, “Mulutmu harimaumu.” Oleh karena itu, kecermatan dalam berbicara mutlak harus kita upayakan. Kita perlu tahu secara pasti, kapan kita bicara, apa yang harus kita bicarakan, dan paling penting adalah manfaat apa yang akan diperoleh diri sendiri, yang mendengar dan orang lain, tatkala kita berbicara. Seringkali seseorang berbicara tanpa diawali proses berpikir dan tidak melalui pertimbangan sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknyaa lebih jauh antara timur dan barat.” (HR. Bukhari Muslim).

Begitu banyak bencana yang ditimbulkan akibat terpelesetnya lisan, seperti dusta, mengumpat, adu domba, riya, bermuka dua, berkata keji, berdebat, mengingkari janji, membuka aib orang lain, memuji diri sendiri, melaknati, menyakiti orang lain untuk meruntuhkan kehormatannya, serta ucapan-ucapan kotor lainnya.

Muhammad bin Wasi' berkata kepada Malik bin Dinar: "Wahai Abu Yahya! Menjaga lisan itu lebih berat dari pada menjaga uang dinar atau uang dirham!" Mengingat begitu besarnya efek yang ditimbulkan oleh perkataan maka diam adalah sikap mulia yang menjadi kebiasaan para Nabi dan Wali Allah. Diam itu indah dan nikmat karena bisa menentramkan batin dan menyedikitkan resiko yang bisa timbul akibat banyak bicara. Rasulullah saw. bersabda: "Diam adalah akhlak yang terbaik. Barang siapa suka humor tentu dia akan disepelekan."
Dari sinilah beliau menganjurkan untuk bergaul dengan orang yang diam lagi berwibawa, sebab dia akan mengajarkan berbagai hikmah dan keutamaan. Seperti yang beliau jelaskan dalam sabdanya:

اِذَا رَاَيْتُمُ الْمُؤْمِنَ صُمُوْتًا وَ قُوْرًا فَادْنُوْا مِنْهُ فَاْنَّهُ يُلَقِّنُ الْحِكْمَةِ

Artinya: "Apabila kamu melihat orang mukmin yang pendiam lagi berwibawa maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia akan mengajarkan hikmah."

Orang yang bijaksana akan selalu berpikir panjang sebelum berbicara. Jika bicaranya dapat menimbulkan kemudhorotan, baik bagi dirinya atau orang lain maka ia akan lebih memilih bersikap diam. Sebab diam itu bisa menjauhkan fitnah dan permusuhan. Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya lisan seorang mukmin itu berada di belakang hatinya. Apabila hendak mengatakan sesuatu, ia mempertimbangkan dengan hatinya, kemudian ia laksanakan dengan lisannya. Adapun lisan orang munafik itu ada di depan hatinya. Apabila ia menginginkan sesuatu ia laksanakan dengan lisannya tanpa mempertimbangkan dengan hatinya."

Untuk itu, seluruh anggota tubuh senantiasa memperingatkan kepada lisan untuk berhati-hati dalam berbicara. Sebab kesalahan yang dilakukan oleh lisan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh anggota tubuh yang lain sampai akhirat nanti. Seperti yang dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:

اِذَا اَصَبَحَ ابْنُ اَدَمَ اصْبَحَتِ اْلاَعْضَاءُ ذُكِّرُ اللَِسَانَ اى تَقُوْلُ اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَاِنَّكَ اِنِ اسْتَقَمْتَ اِسْتَقَمْنَا وَاٍنْ اِعْوَجَجْتَ اِعْوَجَجْنَا

Artinya: "Apabila anak cucu Adam masuk waktu pagi maka semua anggota badan berpesan kepada lisan. Maksudnya ia berkata, "Takutlah kepada Allah demi kami, karena jika kamu tegak, niscaya kami tegak. Jika kamu bengkok, niscaya kami bengkok!"

Diam selain dapat menyelamatkan diri, juga dapat menjauhkan dari murka Allah.Hendaknya seorang mukmin berhati-hati dari berbagai bahaya lidah tersebut, sebab kelak ia akan dihisab (diadili) dan mendapat balasan. Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaaf: 18)
Dan firman AllahTa’ala, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Israa`: 36)

Hadits-hadits yang menunjukkan masalah menjaga Lidah di antaranya :

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia selalu mengucapkan yang baik atau ia diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Di antara tanda-tanda bagusnya keislaman seseorang adalah tindakannya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat untuk dirinya.”
(HR. At-Tirmidzi).

Ketika ditanya tentang perkara yang lebih banyak memasukkan orang ke dalam neraka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Mulut dan kemaluan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Mâlik , dari Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

"Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga".
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّة

"Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya."

Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam juga menjelaskan, menjaga lidah merupakan keselamatan.

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimakulullooh berkata : “Anehnya, seseorang begitu mudah menjaga diri dari memakan makanan haram, tindakan zhalim, zina, mencuri, minum khamar, melihat yang haram, dan lain sebagainya, tetapi ia sulit menjaga lidahnya. Kamu bisa melihat orang yang terpandang dalam urusan agama, ahli ibadah dan seorang zuhud, tetapi ia mengucapkan kata-kata yang menuai murka Allah, sedangkan dia tidak peduli sama sekali. Dengan satu kata saja ia bisa tergelincir ke dalam api neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat. Betapa banyak kamu melihat orang yang mejaga diri dari kekejian dan kezhaliman, tetapi lidahnya selalu menodai kehormatan orang yang hidup dan yang sudah meninggal dunia, tanpa sedikit pun memikirkan apa yang ia ucapkan.”

Imam asy-Syafi`i berkata: "Jika seseorang menghendaki berbicara, maka sebelum berbicara hendaklah ia berfiikir; jika jelas nampak maslahatnya, maka ia berbicara; dan jika ragu-ragu, maka tidak berbicara sampai jelas maslahatnya".

Yahya bin Mu`adz berkata: "Hati itu seperti periuk dengan isinya yang mendidih. Sedangkan lidah itu adalah gayungnya. Maka perhatikanlah ketika seseorang berbicara. Karena sesungguhnya, lidahnya itu akan mengambilkan untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis, pahit, tawar, asin, dan lainnya. Pengambilan lidahnya akan menjelaskan kepadamu rasa hatinya".

Demikianlah, lidah merupakan nikmat yang besar, namun kita perlu mengetahui, bahwasanya lidah yang berfungsi untuk berbicara ini seperti senjata bermata dua. Yaitu dapat digunakan untuk taat kepada Allah, dan juga dapat digunakan untuk memperturutkan setan.
Jika seorang hamba mempergunakan lidahnya untuk membaca Al-Qur`ân, berdzikir, berdoa kepada Allah, untuk amar ma`ruf, nahi munkar, atau untuk lainnya yang berupa ketaatan kepada Allah, maka inilah yang dituntut dari seorang mukmin, dan ini merupakan perwujudan syukur kepada Allah terhadap nikmat lidah. Sebaliknya, jika seseorang mempergunakan lidahnya untuk berdoa kepada selain Allah, berdusta, bersaksi palsu, melakukan ghibah, namimah, memecah belah umat Islam, merusak kehormatan seorang muslim, bernyanyi dengan lagu-lagu maksiat, atau lainnya yang berupa ketaatan kepada setan, maka ini diharamkan atas seorang mukmin, dan merupakan kekufuran kepada Allah terhadap nikmat lidah.

Dengan demikian, lidah manusia itu bisa menjadi faktor yang bisa mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah, namun juga bisa menyebabkan kecelakaan yang besar bagi pemiliknya. BERHATI-HATILAH DENGAN LIDAH KETIKA BERBICARA
Ya Allah, sucikanlah lidah-lidah kami dari semua bahaya dan jadikanlah ia selalu berada dalam ketaatan kepada-Mu.Amien Waalloohu A’lam ( bagus /dari berbagai sumber).

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Trima kasih atas komentarnya. Informasi whatshaat 085746950549

Whatsapp

facebook

twitter

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2016. RUMAH SEHAT IBNUMALKAN/LEBAH/LINTAH/AKUPUNTUR/AKUPRESUR/BEKAM/GURAH/RUQYAH/DIAGNOSA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger